Selamat Datang

Selamat datang dan terima kasih Anda telah berkunjung. Mohon maaf kami masih sedang dalam tahap konstruksi.

Senin, 02 Juli 2012

Memulai Blog dengan Obrolan di Bawah Pohon Kom pada Suatu Pagi

Dari: Plant of Hawaii
Blog ini dimulai pada suatu pagi di hari Minggu awal Juli 2012. Tapi kami memulai bukan dengan menulis mengenai blog ini. Kami memulai mengenai pertemuan dengan dua pakar yang berlatar belakang keahlian yang berbeda. Pakar yang pertama adalah seorang guru besar ekonomi pertanian Faperta Undana, Prof. Fred Benu. Kami duduk di bawah pohon kom menunggu pakar kedua, Dr. David Pandie, dosen FISIP Undana. Sementara menunggu Pak Dai, demikian kami biasa memanggil Dr. David Pandie, saya menikmati suguhan minuman hangat di bawah pohon kom. Tak lama kemudian Dr. David Pandie datang. Saya bilang sedang menunggu kios di bawah pohon kom. Kami bersalaman dan kemudian ngobrol mula-mula tentang pohon kom tetapi kemudian melebar ke jenis-jenis pohon lokal lainnya.


Pohon kom bisa kita temukan di mana-mana di Timor Barat, asalkan di lokasi yang belum tersentuh pembangunan. Begitu pembangunan masuk, maka pohon kom mulai menghilang dan digantikan dengan jenis-jenis pohon pendatang. Lihatlah jalur tengah Jalan Raya El Tari dan seterusnya sampai ke bandara El Tari di Penfui. Adakah pohon kom di sana? Yang ada hanya akasia, gamal dan berbagai jenis pohon introduksi lainnya. "Tetangga meminta saya menebang pohon kom ini", kata Pak Fred, "tapi saya hanya memangkasnya saja". Karena dipangkas, tajuk pohon kom menjadi sangat rapat dan dari kejauhan tampak membulat rindang. Saya membayangkan kalau saja di sepanjang jalur Jl. El Tari menuju bandara El Tari kita bisa menyaksikan pohon kom tumbuh berjajar. "Masih ada kom jenis lain yang buahnya agak memanjang dan rasanya manis", Pak Dai membuyarkan saya, "tapi sekarang sudah sulit ditemukan". Saya tahu jenis kom yang dimaksud dan saya belum pernah menemukannya di Timor. Yang saya temukan semakin banyak adalah jenis-jenis pohon introduksi. Perhatikan saja jenis pohon yang tumbuh berjejer menjulang di depan Rektorat Undana, adakah yang tahu berasal dari mana? Apakah karena Undana adalah Global Oriented University maka menjadi harus lebih mementingkan jenis-jenis pohon introduksi daripada menanam pohon kom?

Kami menikmati kopi panas ditemani jagung goreng dan keripik ubi di bawah pohon kom. Kami terus mengobrol mengenai banyak hal: dari pohon kom ke jenis-jenis pohon lainnya, dari pohon kom sampai ke mahasiswa yang tidak pernah kuliah tetapi bisa mengikuti wisuda, dan seterusnya, dan seterusnya. Akhirnya obrolan tersandung soal akreditasi dan kurikulum program studi. Maklum, Pak Dai adalah PR I Bidang Akademik Undana, itu memang bidangnya. Sebelumnya saya memang sering mengobrol soal kurikulum dengan beliau. Sebelumnya beliau juga pernah bercanda soal Fakultas Sastra Pertanian karena di kupang ini ada fakultas pertanian yang tidak mempunyai laboratorium. Kemudian Pak Dai mengomentari soal peleburan  Program Studi Agronomi, Program Studi Ilmu Tanah, dan Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan di Fakultas Pertanian menjadi Program Studi Agroteknologi. Menurut beliau, "Saya sangat galau, program studi yang semula diperjuangkan dengan susah payah tiba-tiba dilebur begitu saja". Saya agak kaget juga mendengar apa yang beliau katakan. Karena semula saya sudah mengusulkan pada rapat fakultas untuk kembali ke kurikulum lama, tetapi usul saya tentu saja tidak akan didengar di fakultas.

Kalau PR I galau soal peleburan program studi, Pak Fred galau soal kurikulum di Program Studi Agribisnis hasil peleburan Jurusan Sosial-Ekonomi Pertanian. "Saya dahulu harus belajar botani, harus belajar agronomi, sebelum belajar ilmu ekonomi. Saya harus menghafalkan nama-nama Latin, termasuk nama kom ini. Di kurikulum baru tidak ada lagi metakuliah seperti itu. Matakuliah yang tersisa semuanya matakuliah ekonomi". Saya mengerti apa yang dimaksudkan. Memang masih ada matakuliah Program Studi Agroteknologi, tetapi ditawarkan sebagai pilihan, termasuk matakuliah dasar seperti Dasar-dasar Agronomi, dasar-dasar Ilmu Tanah, dan Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Semuanya ditawarkan hanya sebagai matakuliah pilihan. Dan karena itu, pasti tidak akan dipilih mahasiswa karena mereka tidak pernah mengenal dosen yang mengasuhnya. Yang justeru membuat saya terheran-heran, mengapa tidak lagi ada matakuliah penciri Fakultas Pertanian. Seharusnya, semua program studi di bawah Fakultas Pertanian menawarkan matakuliah penciri fakultas, termasuk Program Studi Perikanan dan Kelautan.

Begitulah, tidak terasa hari sudah beranjak siang. Kami harus pulang. Namun sebelum kami meninggalkan naungan pohon kom, saya mengingatkan Pak Dai lagi, untuk minta tolong memberikan perhatian khusus kepada program studi di Fakultas Pertanian. Saya tidak mau jangan sampai lulusan yang dihasilkan nanti tidak bisa melamar pekerjaan karena tidak ada lowongan untuk sarjana Agroteknologi. Dalam perjalanan pulang, saya berpikir apakah karena otonomi daerah sudah begitu hebatnya sekarang ini maka seorang PR I tidak lagi bisa melakukan sesuatu untuk kurikulum fakultas. Entahlah, saya hanya soeorang dosen biasa yang mempunyai kewenangan hanya untuk memberikan kuliah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kami akan sangat berterima kasih bila Anda berkenan meluangkan waktu untuk menyampaikan komentar di bawah ini.